• Posted by : Unknown Sabtu, 16 November 2013

    BUKU PANDUAN PASKIBRA SEKOLAH


    BAB 1
    KEORGANISASIAN PASKIBRA DAN PASKIBRAKA
    A.   PASKIBRA
    Merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara, kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur dalam rangka pembentukan character building generasi muda Indonesia.
    Peserta kegiatan ini adalah siswa / siswi yang berminat / memiliki rasa ingin mempelajari kegiatan ekstrakuriluler paskibra. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler ini adalah mempelajari praktek baris-berbaris (PBB)  dan bagaimana mengibarkan /  menurunkan Bendera pada setiap Upacara rutin di sekolah atau memperingati hari Proklamasi pada tanggal 17 Agustus dan upacara bendera hari besar nasional lainnya.
    SEARAH PASKIBRA Pembentukan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka Tahun 1967 dan 1968
    Tahun 1967, Hussein Mutahar dipanggil Presiden Suharto untuk menangani lagi masalah Pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogjakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok, yaitu:
               Kelompok 17 / PENGIRING (PEMANDU)
              Kelompok 8 / PEMBAWA (INTI)
              Kelompok 45 / PENGAWAL
    Ini merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang ada di jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas Pengibaran Bendera Pusaka.
    Semula rencana beliau untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para Mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI). Usul lain menggunakan anggota Pasukan Khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, MARINIR dan BRIMOB) juga tidak mudah, akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan sekaligus mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.
    Pada 17 Agustus 1968, petugas pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan propinsi. Tetapi propinsi-propinsi belum seluruhnya mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.
    5 Agustus 1969 di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia.
    Bendera duplikat ( dari 6 carik kain ) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan.
    Pada tahun itu resmi anggota PASKIBRAKA adalah para remaja siswa SMA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari 26 propinsi di Indonesia, dan tiap propinsi diwakili oleh sepasang remaja.
    Dari tahun 1967 sampai tahun 1972 anggota yang terlibat masih dinamakan sebagai anggota "Pengerek Bendera".
    Pada 1973 Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian PENGIBAR, RA berarti BendeRA dan KA berarti PusaKA, mulai saat itu singkatan anggota pengibar bendera pusaka adalah PASKIBRAKA.
    B.   PASKIBRAKA
    a.    Pengertian Paskibraka
    PASKIBRAKA ( Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara, kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur dalam rangka pembentukan character building generasi muda Indonesia.
    Peserta kegiatan ini adalah pria dan wanita yang telah terpilih untuk mewakili propinsinya dalam acara pengibaran dan penurunan Bendera Pusaka (duplikat) pada Upacara Kenegaraan 17 Agustus dalam rangka Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
    b.    Sejarah PaskibraKA
    Sejarah Paskibraka, dimulai 17 Agustus 1950, saat pertama kali peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan, setelah Presiden Sukarno hijrah dari Yogyakarta. Namun sebenarnya, dalam peringatan skala kecil pada 1946 silam, kegiatan ini sudah dilaksanakan di Gedung Agung, Yogyakarta .
    Tata cara penaikan dan penurunan Bendera Pusaka, pertama kali disusun oleh ajudan Presiden Sukarno, Husen Mutahar. Kemudian pada 1967, Husen yang waktu itu menjabat Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di masa pemerintahan Soeharto, juga menerima tugas yang sama. Formasi Paskibraka, diambil dari tanggal, bulan dan tahun dibacakannya Proklamasi kemerdekaan_RI.
    c.    Persyaratan Menjadi Anggota Paskibraka
    Untuk menjadi calon anggota Paskibraka, diperlukan beberapa persyaratan. Syaratnya, memiliki tubuh sehat, tinggi badan minimal 170 sentimeter untuk putra, dan 165 sentimeter untuk putri. Mereka juga harus memiliki nilai akademis yang baik, serta aktif berorganisasi.
    Seleksi penerimaannya dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat kota/kabupaten, provinsi hingga nasional. Dan, yang bertugas pada upacara tahun ini, terdiri dari 64 orang, perwakilan 32 provinsi. Mereka sudah menjalani latihan fisik dan mental selama 27 hari. Pelatihnya sebagian besar adalah anggota TNI/Polri.
    1.    Aklaq
      1. Mental dan moral dapat di pertanggung jawabkan
      2. Mentaati kewajiban agama yang di anutnya
      3. Berbudi pekerti luhur dan bertingkah laku yang baiK
    2.    Kepribadian
    a.    Ramah dan pandai bergaul
    b.    Bersahaja, sopan dan berdisiplin
                3.   Kesehatan                                                                                                                                                     
    a.  Tidak berkaca mata
    b.  Tegap dan tidak cacat badan
    c.  Tinggi badan :
    §  Putra Minimal : 170 cm
    §  Putri Minimal  : 165 cm
      1. Berpenampilan segar, menarik dan selalu ceria.
    d.    Tahap Seleksi Calon Anggota Paskibraka
    Semua calon akan di pilih dari sekolah tingkat SLTA lalu mengikuti seleksi tingkat II.
    Sekolah – Kecamatan – Kabupaten – Propinsi – Nasional


    C.   PERLENGKAPAN PASKIBRA DAN PASKIBRAKA
    1.    Dinas Upacara ( PDU )
    Terdiri atas 4 bagian :
    1. Di gunakan untuk upacara           = PDU  I
    2. Di gunakan pada acara resmi        = PDU  II
    3. Pakaian pola biasa                            = PDU  III
    4. Pakaian biasa                                      = PDU  IV
    2.    Lencana Merah Putih Garuda
    Merupakan suatu tanda yang diberikan kepada seorang Paskibra yang telah mengikuti massa latihan, pemusatan latihan, dan pelantikan / pengukuhan serta sebagai identitas diri seorang Paskibra.
    ·         Persyaratan Memiliki lencana Merah Putih Garuda
    1.    Telah mengikuti masa latihan
    2.    Telah mengikuti masa orientasi
    3.    Mengikuti pelantikan / pengukuhan
    ·         Tingkatan Warna Dasar Lencana Merah Putih Garuda ( MPG )
    1.      Gambar Burung Garuda sebagai ideologi Pancasila
    2.      Warna putih di gunakan untuk kalangan SMP.
    3.      Warna hijau di gunakan untuk kalangan SLTA.
    4.      Warna merah di gunakan untuk kalangan PASKIBRAKA.
    5.      Warna ungu di gunakan untuk kalangan pembina PASKIBRAKA.
    6.   Warna kuning di gunakan untuk kalangan senior atau pembina PASKIBRAKA yang mempunyai prestasi dalam bidang kepemudaan di tingkat PASKIBRAKA.
    ·         Perlakuan Terhadap Lencana Merah Putih Garuda
    1.    Lencana jangan sampai di hilangkan
    2.    Lencana harus dalam keadaan terawat
    3.    Lencana tidak boleh di letakan sembarangan
    4.    Lencana tidak boleh di perlakukan sembarangan
    D.   HALENTRI PASKIBRA
    Halentri adalah tata cara kehidupan sehari – hari seorang Paskibra
    a)    Pelaksanaan Penghormatan Militer ( PPM )
    Merupakan suatu penghormatan yang di berikan junior kepada seorang senior, waktu dalam latihan maupun di luar latihan. Waktu PPM dari pukul 08.00 s/d 18.00 WIB. Jika sudah lewat dari batas yang sudah di tentukan cukup dengan mengucapkan ” salam ”.
    b)    Halentri Di Jalan
    1.    Jika bertemu yang lebih tua sapalah terlebih dahulu
    2.    Bersikap ramah ( tidak menentang )
    3.    Jika di ajak bicara tataplah wajahnya dan pandangan tetap lurus ke depan, jangan membuang pandangan / muka.
    4.    Jika terburu – buru mintalah permisi.
    c)    Halentri Bertamu
    1.    Ketuklah pintu terlebih dahulu sambil mengucapkan salam sebelum memasuki ruangan.
    2.    Jangan masuk sebelum di persilahkan masuk.
    3.    Katakan maksud dan tujuan kita.
    4.    Jangan duduk sebelum di persilahkan duduk terlebih dahulu dan ambilah sikap duduk yang baik.
    5.    Jangan sekali – kali memegang meja.
    6.    Uraikan maksud dan tujuan kita.
    7.    Setiap di ajak bicara jangan memalingkan pandangan dan mengalihkan pembicaraan.
    8.    Jika di beri pertanyaan jawablah dengan tegas dan jelas serta sopan ( jangan menjawab dengan menggunakan kepala ).
    9.    Bicaralah dengan baik dan sopan.
    10.  Jika sudah selesai ucapkan salam dan kembalikan kursi pada posisi semula.
    d)    Halentri Makan
    1.    Waktu makan posisi tubuh tegak.
    2.    Sendok di pegang oleh tangan kanan dan garpu di pegang oleh tangan kiri.
    3.    Cara memegang sendok dan garpu sama dengan memegang pena.
    4.    Diwaktu sedang makan tidak ada yang bicara.
    5.    Sebelum dan sesudah makan selalu membaca do’a.
      BAB II
    TUB
    ARTI
    Tata      : mengatur, menata, menyusun
    Upa       : rangkaian
    Cara      : tindakan, gerakan
    Tata Upacara Bendera adalah :
    1.       Merangkaikan suatu tindakan atau gerakan dengan susunan secara baik dan benar.
    2.       Tindakan atau gerakan yang dirangkaikan serta ditata dengan tertib dan disiplin.
    Jadi Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerakan yang dirangkaikan dan ditata dengan tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai budaya bangsa yang merupakan salah satu pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain.
    Sajarah
    Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara, upacara selamatan kelahiran, upacara selamatan panen.
    DASAR HUKUM
    1.    Pancasila.
    2.    UUD 1945.
    3.    UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
    4.    Inpres No. 14 tahun 1981  ( 1 Desember 1981 ) tentang Urutan Upacara Bendera.
    MAKSUD DAN TUJUAN
    1.    untuk memperoleh suasana yang khidmat, tertib, dan menuntut pemusatan perhatian dari
    seluruh peserta, maka disusunlah petunjuk pelaksanaan kegiatan ini.
    2.    menjadikan sekolah memiliki situasi yang dinamis dalam segala aspek kehidupan bagi para siswa, guru, pembina dan kepala sekolah. Sehingga sekolah memiliki daya kemampuan dan ketangguhan terhadap gangguan-gangguan negatif baik dari dalam maupun luar sekolah, yang akan dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.
    PEJABAT UPACARA
    a.    Pembina Upacara
    b.    Pemimpin Upacara
    c.    Pengatur Upacara
    d.    Pembawa Upacara
    PETUGAS UPACARA
    a.    Pembawa Naskah Pancasila
    b.    Pembaca Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
    c.    Pembaca Do’a
    d.    Pemimpin Lagu
    e.    Kelompok Pengibar / Penurun Bendera
    f.     Kelompok Pembawa Lagu
    g.    Pemimpin kelompok kelas / regu
    h.    Cadangan tiap perangkat
    PERLENGKAPAN UPACARA
    1.    Bendera Merah Putih
    Ukuran perbandingan 2 : 3
    Ukuran terbesar 2 X 3 meter
    Ukuran terkecil 1 X 1,5 Meter
    2.    Tiang Bendera
    Minimal 5 meter maksimal 17 meter
    Perbandingan bendera dengan tiang 1 : 7
    Ukuran yang ideal untuk sekolah tingkat SMP 7 – 8 meter
    3.    Tali Bendera
    Diusahakan tali yang digunakan adalah tali layar ( tali kalimetal )dan bukan tali plastik
    Dan tali harus berwarna putih
    4.    Naskah-naskah
    Intinya naskah harus terlihat selalu bersih
    a.       Pancasila
    b.       Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
    c.       Naskah Do’a
    d.       Naskah Acara
    SUSUNAN BARISAN UPACARA
    1.    Bentuk Barisan Satu Garis
    Suatu bentuk barisan disusun  dalam satu garis dan menghadap ke pusat Upacara, dengan formasi :
    Ø  Shaf Bershaf
    Ø  Banjar Bershaf
    2.    Bentuk barisan “ U “ / Angkare
    Suatu barisan yang disusun dalam bentuk huruf “ U “ atau Angkare dan menghadap ke pusat Upacara, dengan formasi :
    Ø  Shaf Bershaf
    Ø   Banjar bershaf
    3.    Bentuk Barisan “ L “
    Ø  Shaf Bershaf
    Ø  Banjar Bershaf
    Catatan :
    Susunan Barisan Upacara diatas adalah suatu bentuk yang ideal, tetapi hal tersebut dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan upacara yang tersedia.
    UPACARA DALAM RUANGAN
    Upacara yang dilakukan dalam ruangan  tidak melaksanakan Upacara Bendera, karena Sang Merah Putih sudah hadir sebagai bendera ruangan.
    Bendera ruangan adalah :
    • Bendera yang dipasang pada tongkat bendera, terpancang pada standard bendera dan terletak disebelah kanan depan ruangan
    • Bendera yang dilekatkan terbentang horizontal di tengah – tengah dinding depan dari ruangan
    Bila ada bendera kedua, kita tidak perlu melakukan penghormatan, cukup dengan aba – aba : “ Sang Merah Putih maju ke tempat yang telah ditentukan “.
    SUSUNAN ACARA UPACARA
    PERSIAPAN
    Dipilih dan disiapkan orang-orang yang memiliki kemampuan dan kesiapan untuk tugas tersebut. Bendera, Tali, Tiang, Teks, Pengeras suara, Mimbar, dipersiapkan. Perhatikan daerah sekitar lapangan agar tidak terjadi kekacauan pada saat pelaksanaan.
    SUSUNAN ACARA UPACARA
    A.    PENDAHULUAN
    1.    Pemimpin  Kelas menyiapkan pasukannya
    2.    Pemimpin Upacara memasuki lapangan Upacara
    3.    Penghormatan kepada Pemimpin Upacara
    4.    Laporan Pemimpin Kelas kepada Pemimpin Upacara
    Kemudian Pemimpin Upacara mengambil alih pimpinan peserta upacara diistirahatkan, (bersamaan dengan itu Tura menjemput Pembina ).
    B.    ACARA POKOK
    1.    Pembina Upacara memasuki lapangan Upacara
    ( Didampingi oleh Tura, saat Tura kembali ketempat semula, pendamping pembina/pembawa naskah Pancasila menempati tempat 2 langkah disebelah kiri belakang pembina Upacara )
    2.    Penghormatan Umum
    3.    Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara
    4.    Pengibaran Sang Merah Putih
    5.    Mengheningkan Cipta
    6.    Pembacaan Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
    Format A : Petugas maju kedepan menghadap Pembina, Lapor
                    ( untuk Lomba dan PHBN )
    Format B : Petugas cukup maju kedepan 2 – 3 langkah )
                       ( Upacara hari Senin )
    7.    Pembacaan Teks Pancasila
    8.    Amanat Pembina Upacara
    9.    Menyanyikan Lagu Nasional
    10.  Pembacaan Do’a
    11.  Laporan Pemimpin Upacara
    12.  Penghormatan Umum
    13.  Pembina Upacara meninggalkan lapangan Upacara
    C.   ACARA PENUTUP
    1.       Penghormatan kepada pemimpin Upacara
    2.       Pemimpin Upacara kembali ketempat semula
    D.   ACARA TAMBAHAN
    1.    Pengumuman – pengumuman
    Acara sertijab, penyerahan piala, dsb
    2.    Peserta Upacara dapat dibubarkan
    Dilakukan oleh Pemimpin Pasukan, Pemimpin pasukan adalah petugas yang mengawali dan mengakhiri jalannya upacara
    Keterangan :
    Pembacaan Teks Pancasila dan Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 1945 dapat dibalikkan posisinya pada Upacara Kesaktian Pancasila.
    Upacara penurunan bendera, setengah  tiang, dalam ruangan :Suasana upacara sama dengan upacara bendera hanya pada waktu penurunan bendera dilakukan setelah pembacaan do’a, bendera dinaikan satu tiang penuh seiring dengan selesainya lagu, baru kemudian diturunkan setengah tiang.
    Hal-hal yang perlu diperhatikan
    Ø  Semua yang hadir pada saat upacara hendaknya melakukan sikap sempurna
    Ø   Gangguan dalam upacara
    -  Apabila kerekan bendera macet, upacara dilanjutkan setelah kerekan dibetulkan. Apabila kerekan putus, kelompok pengibar bendera mengibarkan / membentangkan bendera sampai upacara selesai. Apabila roboh tiangnya, maka upacara ditangguhkan dan apabila hujan turun saat upacara tengah berlangsung maka upacara dilanjutkan (lebih lengkapnya baca petunjuk TUB tahun 1995).
    BUKU ACUAN POKOK !!!
    Ø  Juklak Tata Upacara Bendera 1995
    Ø  Juklak Tata Upacara Bendera dan Pelatihan Paskibraka 199
    Ø   Bendera dan TUB Kak Idik Sulaeman
    TUB dan Tata Krama Terhadap Sang Merah Putih  Idik Sulaeman dan Dharminto S.
    TATA CARA MELIPAT DAN MEMBENTANG BENDERA
    Teknik melipat bendera dan membentang bendera dibagi menjadi 2, yaitu :
    1.       Teknik lipat 3
    2.       Teknik lipat Genap
    Dibawah ini akan dijelaskan tata cara melipat bendera dengan teknik lipat genap. Teknik lipat genap sering digunakan karena kemungkinan kesalahannya sangat kecil. Maksudnya genap disini adalah jumlah lupatannya dapat 4, 6, 8, 10, asalkan genap dan disesuaikan dengan panjang bendera.
    Cara melipat Bendera
    1.    Patokan memegang bendera warna putih di tangan sebelah kanan dan warna merah di tangan sebelah kiri
    2.    Pembentang memegang bendera warna merah di tangan sebelah kanan dan warna putih di tangan sebelah kiri
    3.    Bendera direntangkan, kemudian dilipat menjadi dua bagian, bagian putih menghadap ke atas
    4.    Kemudian dilipat memanjang menjadi dua bagian lagi, warna putih berada di dalam tertutup warna merah
    5.    Pembentang melipat bendera menjadi beberapa bagian yang  genap dengan arah zig – zag
    6.    Setelah menjadi beberapa bagian yang genap, lipat menjadi 2 bagian dengan arah horizontal ke dalam.
     Cara Membentang Bendera
    1.    Pembentang, tangan kanan memgang bendera warna merah, tangan kiri memegang bendera warna putih
    2.    Patokan, tangan kanan memegang bendera warna putih, tangan kiri memegang bendera warna merah
    3.    Setelah itu pembentang mundur 3 (tiga) langkah, tangan masih dlam keadaan lurus
    4.    Setelah mundur 3 langkah, pembentang membentangkan bendera sedangkan patokan diam
    TATA CARA PENGIBARAN & PENURUNAN BENDERA
    Yang terlibat langsung dalam pengibaran terdiri dari tiga orang , yaitu :
    1.    Pengerek ( sebelah kiri pasukan )
    2.    Pembawa Bendera ( ditengah )
    3.    Pembentang Bendera ( sebelah kanan pasukan )
    1.    Pengerek dan pembentang bendera memegang tali bersama – sama, bukan memegang tiangnya, punggung tangan yang memegang tali menghadap ke depan.
    2.    Kemudian pengerek bendera mulai membuka tali pada tiang, perhatikan cara membuka talinya.
    3.    Pengerek  melihat keatas untuk menchek apakah talinya sudah benar ataukah terbelit.
    4.    Setelah posisi tali benar berikan / serahkan salah satu tali pada pembentang  bendera.
    5.    Pengerek melakukan tindakan penyelamatan gaya tindakan penyelamatan ini bebas, yang penting adalah tali tersebut tidak terlepas dari tangan pengerek.
    6.    Selanjutnya pengerek bendera memasang catok pada bendera, catok yang sebelah atas ke bagian warna merah dan catok yang satu lagi ke bendera warna putih.
    7.    Kemudian pembentang menyerahkan tali yang dipegangnya ke pengerek.
    8.    Langkah selanjutnya adalah pembentangan
    Pembentang mundur 3 langkah ke belakang, setelah tiga langkah ke belakang baru bendera dibentangkan.
    Bersamaan dengan mundurnya pembentang, pengerek menarik tiga kali ( kondisikan )
    Selanjutnya pembentang menolehkan kepala ke arah Pemimpin Upacara dan memberikan isyarat dengan lantang dan keras “ Bendera Siap “. Pemimpin Upacara memberi aba – aba penghormatan pada bendera merah putih.
    9.   Tindakan selanjutnya adalah pengerekan bendera
    Pembentang maju kedepan dengan langkah yang tegap dan tangan yang masih membentangkan bendera, langkahnya tidak kaku, tidak santai, tidak asal – asalan, setelah sampai didepan tiang lemparkan ujung bendera berwarna putih ke arah belakang pembentang yang sesuai dengan arah angin.
    Bendera dikerek seirama dengan lagu Indonesia Raya, posisi telapak tangan pengerek, pengulur, dan pembentang menggenggam. Keadaan tangan Pengerek dan pembentang pada saat pengerekan terlihat seperti cermin.
    Bendera harus sudah sampai dipuncak tiang pada kata “ Hiduplah ……” bait terakhir dari Lagu Indonesia Raya.
    Ketika aba – aba “ TEGAK = GERAK “ dari Pemimpin Upacara, maka Pengerek dan Pembentang langsung mendekatkan tangan pada tiang, dan tali dari Pembentang langsung diambil oleh pengerek.
    10.   Langkah yang terakhir adalah pengikatan tali pada tiang.
    Pengikatan tali ini dilakukan oleh Pengerek
    Yang harus diperhatikan dalam pengikatan tali ini adalah posisi bendera yang telah berada diatas tidak boleh turun kembali, sehingga bagian tali yang berada di tangan pengerek harus diikatkan terlebih dahulu dengan kuat, kemudian kedua tali diikatkan sampai tali tersebut habis.
    Catatan :
    Kata yang dicetak tebal dan digaris bawahi 10 tahapan penaikan bendera yang harus tersusun dan tidak boleh terlewat.
    10 Tahap Penurunan Bendera
    1.    Memegang tali
    2.    Membuka tali
    3.     Penggerek melihat keatas
    4.     Serahkan tali dari pengerek ke pembentang
    Pembentang memberikan  isyarat dengan lantang dan keras “Bendera Siap
    5.     Penurunan Bendera
    Pembentang menarik tali dan pengerek mengulur dengan sedikit menahannya agar tidak terlalu cepat turun ke bawah
    6.    Serahkan tali dari pembentang ke orang yang ditengah.
    Pembentang mengambil ujung bendera, dan mulai mundur sampai bendera terbentang.
    7.    Membentangkan bdenra sampai aba – aba dari Pemimpin Upacara “ TEGAK =GERAK “. Pembentang dan Pembawa bendera melipat bendera menjadi dua bagian dengan warna putih menghadap ke arah pasukan.
    8.     Pembawa Bendera melakukkn tindakan penyelamatan pada tali.
    9.    Pembawa Bendera ( satu orang ditengah ) membuka catok tali dan bendera.
    10.   Serahkan tali tersebut kepada pengerek untuk diikat
    Ketika pengerek mengikat tali pada tiang, pembawa bendera dan pembentang melakukan pelipatan bendera.
    Pelipatan bendera ini bebas, asalkan rapih dan cepat.


    BAB III
    PERATURAN BARIS BERBARIS (PBB)
    SEJARAH
    Berbaris pertama kali dikenal  pada jaman Kekaisaran Romawi pada saat Kaisarnya Julius Caesar, dengan maksud agar pasukan yang berada dibawah kekuasaannya mempunyai rasa tanggungjawab, disiplin yang tinggi dengan melihat hasil lahir, yaitu Kerapihan, kekompakan, Ketertiban dan Kesigapan.
    Pasukan Julius Caesar sangatlah terkenal pada jamannya (baca sejarah romawi)
    PENGERTIAN
    Baris berbaris adalah suatu wujud latihan fisik guna menanamkan disiplin, patriotisme, tanggung jawab serta membentuk sikap lahir dan bathin yang diarahkan pada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
    Sikap lahir yang diperoleh :
    Sikap bathin yang diperoleh :
    v  Ketegaran
    v  Ketangkasan
    v  Kelincahan
    v  Kerapihan
    v  Ketertiban
    v  Kehidmatan
    v  Kekompakan
    v  Keseragaman
    v  Kesigapan
    v  Keindahan
    v  Ketanggapan
    v  Kewajaran tenaga
    v  Kesopanan
    v  Ketelitian
    v  Ketenangan
    v  Ketaatan
    v  Keikhlasan
    v  Kesetiakawanan
    v  Kebersamaan
    v  Persaudaraan
    v  Keyakinan
    v  Keberanian
    v  Kekuatan
    v  Kesadaran
    v  Konsentrasi
    v  Kebiasaan
    v  Berani berkorban
    v  Persatuan
    INGAT !!! Pelatihan Inti PBB
    1.       Sikap dan Penampilan
    2.       Hentakan Kaki
    3.       Patah – patah
    4.       Rata – rata Air
    5.       Irama Langkah
    6.       Kewajaran Tenaga
    7.       Konsentrasi


    A.   Maksud Dan Tujuan
    Maksud dari PBB dibagi dua yaitu :
    1)    Maksud Umum adalah suatu latihan awal membela negara dan dapat membedakan hak dan kewajiban
    2)     Maksud Khusus adalah menanamkan rasa disiplin, mempertebal rasa semangat kebersamaan  
    Tujuan dari PBB adalah :
    menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu, dan secara tak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan untuk tugas pokok tersebut sampai dengan sempurna. Rasa persatuan adalah rasa senasib sepenanggungan serta adanya ikatan batin yang sangat diperlukan dalammenjalankantugas.
    Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang hakikatnya tidak lain dari pada keihklasan, penyisihan/menyisihkan pilihan hati sendiri.
    B.   Aba – aba
    1. Pengertian
    Suatu perintah yang di berikan oleh seorang Komandan kepada pasukannya, untuk di laksanakan secara serentak atau berturut-turut.
    1. Macam aba-aba
      1. Aba-aba petunjuk
          Di gunakan bila perlu untuk menegaskan maksud dari aba-aba peringatan / pelaksanaan.
      1. Aba-aba peringatan
                Inti perintah yang cukup jelas untuk dilaksanakan tanpa rugu-ragu.
      1. Aba-aba pelaksanaan
    1)    Ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk / peringatan dengan serentak atau berturut-turut.
    2)    Aba-aba pelaksanaan yang di pakai :
    a)    GERAK
          Untuk gerak-gerakan tanpa meninggalkan tempat menggunakan kaki atau anggota tubuh lain baik dalam berhenti maupun berjalan.
    b)    JALAN
    Untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.
    Catatan  : Bila gerakan meninggalkan tempat itu tidak terbatas jaraknya, maka di dahului dengan aba-aba peringatan ” maju ”.
    c)    MULAI
    Untuk pelaksanaan perintah yang harus di kerjakan berturut-turut
    C. Macam gerakan pbb
    BUKU PBB SKEP PANGAB NO:SKEP/611/x/85 Tanggal 8 0kt 1985  DAN BUKU PERMILDAS SKEP KALEMDIKLAT POLRI NO.POL:SEKEP/03/V/1993 Tanggal 3 Mei 1993

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © 2013 Nasir Cliquers - To Aru Kagaku no Railgun - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -